PENGERTIAN
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi
bakteri yang terjadi pada saluran kemih. ISK merupakan kasus yang sering
terjadi dalam dunia kedokteran. Walaupun terdiri dari berbagai cairan, garam,
dan produk buangan, biasanya urin tidak mengandung bakteri. Jika bakteri menuju
kandung kemih atau ginjal dan berkembang biak dalam urin, terjadilah ISK. Jenis
Infeksi Saluran Kemih yang paling umum adalah infeksi kandung kemih yang sering
juga disebut sebagai sistitis. Gejala yang dapat timbul dari ISK yaitu perasaan
tidak enak berkemih (anyang-anyangen). Tidak semua ISK menimbulkan
gejala, ISK yang tidak menimbulkan gejala disebut sebagai ISK asimtomatis.
Pembagian
ISK
Berdasar anatomi
- ·Bawah : uritritis, sistitis (infeksi superfisialis vesika urinaria), prostatitis
- Atas : pielonefritis (proses inflamasi parenkim ginjal), abses ginjal
Berdasar
Klinis
- Tanpa komplikasi : sistitis pada wanita hamil kelainan neurologis atau struktural yang mendasarinya
- Dengan Komplikasi : infeksi saluran kemih atas atau setiap kasus ISK pada laki-laki, atau perempuan hamil, atau ISK dengan kelainan neurologis atau struktural yang mendasarinya
Penyebab dan Faktor Resiko
1. Escherichia coli adalah penyebab
paling umum pada anak-anak, hingga 80%. Pada bayi baru lahir (0-28 hari),
infeksi diperantarai oleh aliran darah. Sedangkan setelah usia itu, ISK umumnya
terjadi dengan naiknya bakteri ke saluran kemih.
2.
Staphylococcus saprophyticus
3. Proteus mirabilis. Selain menyebabkan
infeksi, bakteri ini mengeluarkan zat yang dapat memfasilitasi pembentukan batu
di saluran kemih.
Mikroorganisme lain yang dapat
menyebabkan ISK adalah beberapa bakteri yang umumnya menginfeksi saluran cerna
dan Candida albicans, jamur yang umumnya menginfeksi pasien dengan
kateter (kateter : semacam selang) pada saluran kemihnya, kekebalan tubuh yang
rendah, diabetes mellitus, atau pasien dalam terapi antibiotik. Sebagian besar
ISK tidak dihubungkan dengan faktor risiko tertentu. Namun pada ISK berulang,
perlu dipikirkan kemungkinan faktor risiko seperti :
1. Kelainan fungsi atau
kelainan anatomi saluran kemih
2. Gangguan pengosongan
kandung kemih (incomplete bladder emptying)
3. Operasi saluran kemih
4. Konstipasi
5. Kekebalan tubuh yang
rendah
Gejala
Gejala yang dapat
timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik, dan seperti telah diungkapkan
sebelumnya, banyak yang hanya disertai demam sebagai gejala. Dua kategori
klinis dari ISK adalah pyelonefritis akut atau ISK atas dan sistitis akut atau
ISK bawah. Gejala bervariasi sesuai usia.
1. sering tak ada gejala di saluran kemih. ISK ditemukan dengan adanya sepsis
neonatus, kuning berkepanjangan, gagal tumbuh, tak mau menyusu.
Anak 2 bulan - 2
tahun :
1. Bayi dan anak-anak
pada usia ini memiliki gejala demam yang tidak diketahui sebabnya ( >38oC)
2. Usia ini memiliki resiko tinggi luka
pada ginjal dibanding usia yang lebih tua, karena tanda yang kurang menyebabkan
keterlambatan pengobatan dengan antibiotik. Aturan 3 hari dapat membantu untuk
mencegah hal tersebut terjadi. Contohnya jangan hanya mengawasi bayi atau
anak-anak dengan febris 3 hari yang tak diketahui sebabnya tanpa pemeriksaan
urine untuk evaluasi infeksi.
3. Bayi sering mendapat
demam dan gejala lainnya, seperti rewel, tak mau menyusu, nyeri perut, muntah
dan diare.
4. Anak dengan usia 1-2
tahun datang dengan gejala sugestif sistitis akut. Gejala biasanya menangis
saat berkemih atau kencing yang berbau busuk tanpa adanya demam (suhu
<38oc).
Anak usia 2-6 tahun
1. Pada kelompok dengan
demam ISK sering memiliki gejala sistemik yaitu tak nafsu makan; rewel dan
nyeri pada perut, panggul dan punggung dengan atau tanpa kelainan berkemih.
2. Pasien dengan sistitis akut memiliki
gejala berkemih dengan sedikit atau tanpa peningkatan suhu. Disfungsi berkemih
termasuk urgensi, frekuensi, hesistensi, disuria dan inkontinensia urine.
3. Nyeri suprapubis atau
perut dapat ditemukan dan adanya bau busuk pada urine.
Anak usia lebih tua
dan adolesen
1. Sering mengenai
saluran bagian bawah, tetapi pyelonefritis akut masih mungkin. Gejalanya mirip
pada anak usia 2-6 tahun.
2. Anak perempuan dengan
pyelonefritis akut, dapat ada refluks vesikoureter persisten (VUR),
biasanya memiliki sistitis akut dengan ISK bila mereka bertambah tua.
Penyebab: Proliferasi kuman dalam saluran kemih menyebabkan ISK. Infeksi
hampir selalu asenden dan disebabkan kehadiran bakteri di distal uretra. E coli umumnya menyebabkan
infeksi awal, tapi basil gram negatif lain dan enterococci dapat juga
menyebabkan infeksi.
Staphylococcal
saprophyticus
sering menjadi penyebab infeksi pada perempuan adolesen
Masuknya bakteri ke
kandung kemih merupakan hasil dari aliran turbulen pada saat berkemih normal,
gangguan berkemih, atau kateterisasi.
Faktor-faktor yang
mempermudah terjadinya ISK sebagai berikut :
1. Pasien yang mendapat antibiotik
spektrum luas (cth. Amoxicillin, cephalexin), yang dapat menggangu flora usus
dan saluran kemih, dan meningkatkan resiko karena gangguan pada pertahanan
alami terhadap kolonisasi oleh bakteri patogen
2. Inkubasi bakteri yang
diperlama dalam kandung kemih akibat pengosongan kandung kemih yang tak
sempurna atau jarang berkemih dapat melemahkan pertahanan kandung kemih
terhadap infeksi bakteri. Gejala dari gangguan berkemih seperti urgensi,
frekuensi, hesistensi, dribbling, atau inkontinensia dapat terjadi tanpa adanya
infeksi atau iritasi lokal karena kontraksi detrusor yang tak terhalangi.
Ketika inkontinensia dicegah oleh obstruksi uretra, urine yang mengandung
bakteri dari distal uretra akan kembali ke kandung kemih. Hal tersebut yang
umum menyebabkan ISK pada anak-anak.
3. Khitan pada neonatus
menurunkan resiko ISK kurang lebih 90% pada bayi laki-laki dalam tahun pertama
kehidupan. Resiko ISK pada anak yang di khitan pada tahun pertama kehidupan
adalah 1 dalam 1000, sedangkan yang tidak di khitan 1 dalam 100 anak.
Cara Pengambilan Sampel
Bahan
urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin
dapat diambil dengan cara punksi suprapubik (suprapubic puncture=spp), dari kateter
dan urin porsi tengah (midstream urine). Bahan urin yang paling mudah diperoleh
adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.
1. Punksi Suprapubik
1. Punksi Suprapubik
Pengambilan urin dengan punksi suprapubik
dilakukan pengambilan urin langsung dari kandung kemih melalui kulit dan
dinding perut dengan semprit dan jarum steril. Yang penting pada punksi
suprapubik ini adalah tindakan antisepsis yang baik pada daerah yang akan
ditusuk, anestesi lokal pada daerah yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus
selalu dijaga. Bila keadaan asepsis baik, maka bakteri apapun dan berapapun
jumlah koloni yang tumbuh pada biakan, dapat dipastikan merupakan penyebab ISK.
2.Kateter
Bahan urin dapat diambil dari kateter dengan
jarum dan semprit yang steril. Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis
pada daerah kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus elalu dijaga.
Tempat penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang
berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang diperoleh
dari kateter sama dengan hasil biakan urin yang diperoleh dari punksi
suprapubik.1
3.Urin Porsi Tengah
Urin porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan
urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan tidak
menimbulkan ketidaknyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko kontaminasi
akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh menggunakan antiseptik
untuk persiapan pasien karena dapat mengkontaminasi sampel dan menyebabkan
kultur false-negative.
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
Cara pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada wanita :
1.Siapkan beberapa
potongan kasa steril untuk membersihkan daerah vagina dan muara uretra. Satu
potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi
air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan
memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula
wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan daerah vagina
selesai.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
2. Dengan 2 jari pisahkan kedua labia dan bersihkan daerah vagina dengan potongan kasa steril yang mengandung sabun. Arah pembersihan dari depan ke belakang. Kemudian buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas daerah tersebut dari arah depan ke belakang dengan potongan kasa yang dibasahi dengan air atau salin hangat. Selama pembilasan tetap pisahkan kedua labia dengan 2 jari dan jangan biarkan labia menyentuh muara uretra. Lakukan pembilasan sekali lagi, kemudian keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
4. Dengan tetap memisahkan kedua labia, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang mula-mula keluar. Kemudian tampung aliran urin selanjutnya ke dalam wadah steril sampai kurang lebih sepertiga atau setengah wadah terisi.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Cara
pengambilan dan penampungan urin porsi tengah pada pria :
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
1. Siapkan beberapa potongan kasa steril untuk membersihkan daerah penis dan muara uretra. Satu potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air sabun, dua potong kasa steril dibasahi dengan air atau salin hangat dan sepotong lagi dibiarkan dalam keadaan kering. Jangan memakai larutan antiseptik untuk membersihkan daerah tersebut. Siapkan pula wadah steril dan jangan buka tutupnya sebelum pembersihan selesai.
2. Tarik prepusium ke belakang dengan satu tangan dan bersihkan daerah ujung penis dengan kasa yang dibasahi air sabun. Buang kasa yang telah dipakai ke tempat sampah.
3. Bilas ujung penis dengan kasa yang dibasahi air atau salin hangat. Ulangi sekali lagi, lalu keringkan daerah tersebut dengan potongan kasa steril yang kering. Buang kasa yang telah dipakai ke dalam tempat sampah.
4. Dengan tetap menahan prepusium ke belakang, mulailah berkemih. Buang beberapa mililiter urin yang keluar, kemudian tampung urin yang keluar berikutnya ke dalam wadah steril sampai terisi sepertiga sampai setengahnya.
5. Setelah selesai, tutup kembali wadah urin dengan rapat dan bersihkan dinding luar wadah dari urin yang tertumpah. Tuliskan identitas penderita pada wadah tersebut dan kirim segera ke laboratorium.
Bahan
urin harus segera dikirim ke laboratorium, karena penundaan akan menyebabkan
bakteri yang terdapat dalam urin berkembang biak dan penghitungan koloni yang
tumbuh pada biakan menunjukkan jumlah bakteri sebenarnya yang terdapat dalam
urin pada saat pengambilan. Sampel harus diterima maksimun 1 jam setelah
penampungan.2 Sampel harus sudah diperiksa dalam waktu 2 jam. Setiap sampel
yang diterima lebih dari 2 jam setelah pengambilan tanpa bukti telah disimpan
dalam kulkas, seharusnya tidak dikultur dan sebaiknya dimintakan sampel baru.3
Bila pengiriman terpaksa ditunda, bahan urin harus disimpan pada suhu 4oC selama
tidak lebih dari 24 jam.
Pemeriksaan
laboratorium
Pemeriksaan
urinalisis dilakukan untuk menentukan dua parameter penting ISK yaitu leukosit
dan bakteri. Pemeriksaan rutin lainnya seperti deskripsi warna, berat jenis dan
pH, konsentrasi glukosa, protein, keton, darah dan bilirubin tetap dilakukan.
Pemeriksaan
Dipstik
Pemeriksaan
dengan dipstik merupakan salah satu alternatif pemeriksaan leukosit dan bakteri
di urin dengan cepat. Untuk mengetahui leukosituri, dipstik akan bereaksi
dengan leucocyte esterase (suatu enzim yang terdapat dalam granul primer
netrofil). Sedangkan untuk mengetahui bakteri, dipstik akan bereaksi dengan nitrit
(yang merupakan hasil perubahan nitrat oleh enzym nitrate reductase pada
bakteri). Penentuan nitrit sering memberikan hasil false-negative karena tidak
semua bakteri patogen memiliki kemampuan mengubah nitrat atau kadar nitrat
dalam urin menurun akibat obat diuretik. Kedua pemeriksaan ini memiliki angka
sensitifitas 60-80% dan spesifisitas 70 – 98 %. Sedangkan nilai positive
predictive value kurang dari 80 % dan negative predictive value mencapai 95%.
Akan tetapi pemeriksaan ini tidak lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan
mikroskopik urin dan kultur urin. Pemeriksaan dipstik digunakan pada kasus
skrining follow up. Apabila kedua hasil menunjukkan hasil negatif, maka urin tidak
perlu dilakukan kultur.
Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan Mikroskopik Urin
Pemeriksaan
mikroskopik dilakukan untuk menentukan jumlah leukosit dan bakteri dalam urin.
Jumlah leukosit yang dianggap bermakna adalah > 10 / lapang pandang besar
(LPB). Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan
pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan langsung kuman patogen dalam urin sangat tergantung kepada pemeriksa. Apabila ditemukan satu atau lebih kuman pada pemeriksan langsung, perlu dilakukan pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan
Kultur Urin
Deteksi
jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih
merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh >
105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan
penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni
/ ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan
kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara
103 - 105 koloni / ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan
dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang
dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi
berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.
Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.
Hasil Pemeriksaan Mikrobilogis
- · ISK tanpa kompliksi : E. Coli (80%), proteus, klebsiella, enterokokus
- · ISK dengan komplikasi : E. Coli (30%) enterokokus (20%), pseudononas (20%), S. Epidermidis (15%), batang gram negatif lainya.
- · ISK yang berhubungan dengan kateter : jamur (30%), E . coli (25%), batang gram negatif lainya, enerokokus, S.epidermis
- · Uritritis : chlamydia trachomatis, Neisseria gonorrhoeae
Manifestasi klinis
- · Sistitis : piuria urgensi, frekuensi miksi meningkat perubahan warna dan bau urine, nyeri suprapublik, demam biasanya tidak ada.
- · Uretritis : mungkin mirip dengan sistitis kecuali adanya discharge uretra
- · prostatitis: serupa dengan sistitis kecuali gejala obstruksi orifisium uretra (cont: hestansi, aliran lemah).
- · Pielonefrritis : demam, menggigil, nyeri punggung atau bokong, mual, muntah, diare
- · Abses ginjal (intrarenal atau perinefrik); serupa dengan pielonefritis kecuali demam menetap meskipun di obati dengan antibiotik.
Pemeriksaan
Diagnostik
- · Urinalisis : piuria + bakteriuria ± hematuria
Hitung
bakteri bermakna:≥105 unit koloni/ml pada perempuan yang asimtomatik
≥103 unit koloni/ml pada laki-laki ≥102 unit koloni/ml
pada pasien simtomatik atau dengan karakter piuria steril →uretritis
, tuberkulosis ginjal, benda asing.
- · Kultur dan pewarnaan gram urine ( dari urine porsi tengah atau spesimen lansung dari katater)
- · Pada perempuan hamil dan pasien yang menjalani pembedahan urologi lakukan skrining terhadap bakteriuria asimtomatik
- · Kultur darah : pertimbangkan pada ISK dengan komplikasi
- · Deteksi DNA atau kultur terhadap C. Trachomatis, N.gonorrhoeae pada pasien yang kegiatan seksualnya aktif atau pada piuria steril
- · Spesimen urine porsi pertama dan porsi tengah, pemijatan prostat, dan spesimen urine
0 komentar:
Posting Komentar